Tips agar Bisnis Anda Berkembang



Menjalankan sebuah usaha gampang-gampang susah. Selain tekad, membuka usaha, tidak cukup hanya bermodalkan uang banyak atau ide yang cermerlang.

Betapa banyak orang yang memenuhi kriteria tersebut namun gagal di tengah jalan. Salah satu yang luput dari perhatian adalah strategi positioning (penempatan posisi). Sebagus apapun ide atau tim manajemen Anda, tanpa strategi yang tepat, bisnis Anda akan menjadi sia-sia.

one. Positioning kategori
Sebuah usaha laundry yang hanya melayani pakaian pria atau misal resto yang khusus melayani orang yang vegetarian bisa membangun strategi positioning-nya berdasarkan kategori produk tersebut. Tetapi, cara ini juga bisa Anda pakai untuk produk paritas yang sulit menemukan atau memang tidak memiliki kekhususan, asal klaim Anda tersebut belum dipakai pesaing Anda.

Untuk itu, Anda harus mengembangkan strategi positioning untuk mengembangkan usaha Anda. Lalu apa saja variabel positioning. Berikut four variabel positioning yang harus Anda pahami dalam menjalankan bisnis.

Cuma masalahnya, strategi positioning citra akan mengalami kegagalan jika Anda tidak membangunnya dengan kreatif, pilihan image-nya tidak realistik atau Anda tidak mengkomunikasikannya dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga Anda tidak berhasil membangun asosiasi antara merek dengan citra yang Anda kehendaki.

two. Positioning citra
Kalau yang satu ini, Anda membuat strategi positioning yang bersifat asosiatif. Contohnya di Yogyakarta, ada sebuah warung pecel yang sukses membangun citranya sebagai tempat makan sekaligus tempat yang paling tepat untuk bernostalgia semasa dulu menjadi mahasiswa.

three. Positioning fitur produk yang unik
Cara ini adalah memakai unsur yang unik yang dimiliki produk atau perusahaan Anda. Fitur produk tersebut bisa atribut yang nyata (tangible) maupun yang tidak nyata (intangible). Sebagai contoh, penerbangan murah adalah atribut yang tidak nyata, tetapi penerbangan yang sederhana dan efisien adalah atribut yang nyata.

four. Positioning manfaat
Tipe positioning yang satu ini didasarkan pada manfaat, keunggulan yang dimiliki produk dalam memuaskan kebutuhan, keinginan serta selera konsumen Anda. Manfaat umumnya berdasarkan pengalaman, bersifat fungsional atau simbolik.

Jika Anda menerapkan empat strategi positioning di atas, besar kemungkinan bisnis Anda akan dikenal dan selanjutnya tumbuh berkembang. (Dim)

http://www.ciputraentrepreneurship.com

pengertian taqwa

Kata “Taqwa” berasal dari kata “Wiqoyah” jika dikatakan waqoo asy Syai’i, waqyan, wiqoyatan dan waaqiyatan berarti Shoonahu atau menjaganya.

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa huruf “Ta” pada kata “Taqwa” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Waw” sedangkan huruf “Waw” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Ya”. Didalam al Qur’an disebutkan :

وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Maknanya adalah balasan ketaqwaan mereka. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah Allah telah menganugerahkan kepada mereka ketaqwaan. (Lisan al Arab 15/ 401)

Sementara itu ar Raghib al Asfahani mengatakan bahwa wiqoyah asy Syai’i adalah menjaga sesuatu dari segala yang bisa menyakiti atau mencelakakannya. Firman Allah swt :

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ

Artinya : “Maka Allah memelihara mereka.” (QS. Al Insan : 11)

وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ

Artinya : “Dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Al Ahzab : 34)

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya : “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tharim : 6)

Kemudian ar Raghib mengatakan bahwa taqwa didalam definisi syariat bermakna menjaga diri terhadap hal-hal yang mengandung dosa, yaitu dengan meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan hal itu disempurnakan dengan meninggalkan sebagaian yang mubah (dibolehkan) sebagaimana diriwayatkan, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas. Dan barangsiapa yang menggembalakan (kambing) di sekitar daerah larangan maka dia bisa terjatuh didalamnya.”

Firman Allah swt :

فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)

Artinya : “Maka Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al A’raf : 35)—(Mufrodat Ghaarib al Qur’an 1/531)

Dan apa yang disebutkan oleh KH. Zaenudin MZ—semoga Allah merahmatinya—tentang pengertian taqwa yang diambil dari huruf-huruf yang dikandungnya, yaitu huruf “Ta” (bukan “Tho”) adalah Tawadhu, huruf “Qaf” adalah Qona’ah, begitu pula terhadap huruf “Waw” dan “Ya” maka—Allahu A’lam—saya tidak mengetahui dari mana sumbernya.

Akan tetapi sebagaimana lazimnya didalam sebuah pendefinisian terhadap sesuatu didalam syariat (terminologi) maka para ulama mendasarkannya kepada makna bahasa (etimologi) bukan berdasarkan kepada huruf-huruf yang ada dikandungannya.

Dan jika kita merujuk kepada setiap kamus bahasa arab tentang kata “Taqwa” maka ia kembali kepada kata “Waqo, Wiqoyatan” yang berarti menjaga dan memelihara diri dari sesuatu yang ditakutinya.

Dan berbagai definisi para ulama tentang taqwa berada di seputar kata “takut” yaitu suatu perasaan (emosi) yang mendorong seseorang untuk melakukan pemeliharaan diri dari sesuatu yang bisa membahayakan atau menyakitinya.

Diantara pengertian taqwa yang diberikan para ulama—selain yang diungkapkan ar Raghib diatas—adalah :

Imam Ali bin Abi Thalib berkata,”Taqwa adalah takut kepada Yang Maha Perkasa, mengamalkan al Qur’an, qanaah dengan yang sedikit dan mempersiapkan hari perpindahan (dari dunia ke alam akherat).”

Sedangkan Ibnu Rajab berkata,”.. Taqwa seorang hamba kepada Allah adalah menjadikan antara dirinya dengan apa-apa ditakutinya dari Allah swt, seperti murka-Nya, kemarahan-Nya, siksa-Nya sebuah pemeliharaan yang melindunginya dari itu semua yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.”

Thalq bin Habib mengatakan,”Taqwa adalah beramal taat kepada Allah diatas nur dari Allah dengan mengharapkan pahala Allah serta meninggalkan maksiat terhadap Allah diatas nur dari Allah dengan perasaan takut terhadap adzab Allah.”

Wallahu A’lam

www.eramuslim.com referensi terbaik

KAMMI

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) adalah sebuah organisasi mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi yaitu tepatnya tanggal 29 Maret 1998 di Malang. Anggotanya tersebar di hampir seluruh PTN/PTS di Indonesia. Saat ini, kader KAMMI sudah mampu menjadi pemimpin kampus (Ketua BEM) hampir di 300 kampus. Selain itu, memiliki cabang juga di Jepang.

KAMMI adalah organisasi ekstra kampus yang menghimpun mahasiswa muslim seluruh Indonesia secara lintas sektoral, suku, ras dan golongan. KAMMI menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun negara dan bangsa Indonesia. KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi mahasiswa Indonesia yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam wadah negara hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang sehat dan bertanggung jawab.

KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan pembangunan kesatuan/persaudaraan ummat dan bangsa melalui pendampingan/advokasi sosial, kritisi/konstruktif terhadap kebijakan negara yang memarginalisasi masyarakat.

Perjalanan Kepengurusan

Kepengurusan pertama adalah periode al-akh Fahri Hamzah, yakni sejak Deklarasi sampai Muktamar I di Bekasi pada bulan November 1998. Periode ini memfokuskan aktivitasnya kepada aktualisasi jaringan nasional untuk mengambil peran historis secara heroik dalam proses reformasi di Indonesia, yakni dengan menggiatkan aksi secara simultan, merata, kontinyu, dan menegaskan komitmen reformasi yang jelas. Periode ini adalah masa launching ke hadapan publik dan positioning awal KAMMI sebagai elemen gerakan mahasiswa yang diharap selalu mengambil peran terdepan dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Periode kedua adalah masa al-akh Fitra Arsil, yang terpilih untuk menggantikan akh Fahri dalam Muktamar I dan menjalankan amanah sampai Muktamar II di Yogyakarta pada bulan November 2000. Periode ini memiliki tugas untuk secara serius menata infrastruktur organisasi KAMMI yang establish dan merancang sistem kaderisasi KAMMI yang lebih terstruktur. Juga melakukan berbagai aksi sosial dan kemanusiaan untuk ikut mengatasi beban rakyat yang ditimbulkan oleh krisis berkepanjangan.

Periode ketiga adalah masa al-akh Andi Rahmat yang terpilih dalam Muktamar II KAMMI di Yogyakarta dan direncanakan menjabat sampai tahun 2002. Periode ini menekankan pentingnya positioning strategis KAMMI di tengah pluralitas gerakan yang ingin mewarnai proses transisi di Indonesia. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, akh Andi Rahmat menyatakan mundur dari jabatannya pada bulan Maret 2001

Kredo Gerakan

1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.

2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada selain-Nya.

3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.

4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat.Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.

5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.

6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, prajurit yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.

Visi KAMMI


KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia.

Misi KAMMI

1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.

2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.

3. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani (civil society).

4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.

5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar maruf nahi munkar).

KAMMI UNMUL

KEUTAMAAN HARI ARAFAH


KEUTAMAAN HARI ARAFAH

Sesuai dengan sidang itsbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama, MUI dan berbagai ormas, Pemerintah menetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1432 H jatuh pada tanggal 28 Oktober 2011 dan Idul Adha pada 6 November 2011. Maka, hari Arafah 9 Dzulhijah jatuh pada tanggal 5 November 2011.

Hari Arafah memang salah satu hari istimewa, karena pada hari itu Allah SWT. membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ

“Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman, ‘Apa keinginan mereka (akan Ku kabulkan)?‘” (HR. Muslim, no. 1348).

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hadits ini jelas sekali menunjukkan keutamaan hari Arafah”. (Syarah Shahih Muslim 9/125). Oleh karena itu, tidak aneh jika kaum muslimin yang tidak wukuf di Arafah disyariatkan berpuasa satu hari Arafah ini, dengan janji keutamaan yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, no 1162).

Hari Arafah sebagai hari disempurnakannya dien dan dicukupkan nikmat. Dalam Shahihain, dari Umar bin Khathab radliyallah 'anhu, ada seorang laki-laki Yahudi berkata kepadanya: "wahai amirul mukminin, ada satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, kalau ayat itu diturunkan kepada kami, orang-orang Yahudi, pasti kami menjadikan hari diturunkannya itu sebagai hari raya." Umar radliyallah 'anhu bertanya: "ayat yang mana itu?" Dia menjawab:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah: 3). Umar menjawab: "kami mengetahui hari dan tempat diturunkannya ayat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, pada saat itu beliau berada di Arafah pada hari Jum'at."
Pada hari Arafah juga Allah SWT. mengambil perjanjian atas keturunan Nabi Adam. Dari Ibnu Abbbas radliyallah 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "sesungguhnya Allah SWT. telah mengambil perjanjian anak turun Adam pada hari Arafah.
Allah mengeluarkan keturunannya dari sulbinya dan meletakkan di tangan-Nya, mereka laksana semut-semut kecil, kemudian Allah berbicara kepada mereka, "bukankah aku ini Tuhan kalian." Mereka menjawab: "benar, kami menjadi saksi." "Agar kalian pada hari kiamat tidak berkata, 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)' atau agar kalian tidak berkata, 'Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?'." (QS. Al-A'raf: 172-173). (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani).


dan keutamaan puasa arafah

Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya.”

Asy Syarbini al Khatib berkata,”Ia (hari Arafah) adalah sebaik-baik hari berdasarkan hadits Muslim, ‘Tidak ada satu hari pun yang di hari itu Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka daripada hari 'Arafah.”

Jumhur Fuqaha—kalangan Maliki, Syafi’i dan Hambali—berpendapat bahwa tidak dianjurkan (puasa Arafah) bagi seorang yang berhaji walaupun ia memiliki kekuatan dan puasa yang dilakukannya itu makruh menurut para ulama Maliki dan Hambali sedangkan menurut Syafi’i hal itu menyelisihi keutamaan berdasarkan riwayat Ummu al Fadhl binti al Harits,”Ummu Al Fadhl mengirimkan mangkuk yang berisi susu kepada beliau sementara beliau sedang berada di atas untanya di 'Arafah lalu beliau meminumnya.”

Dari Ibnu Umar bahwa beliau pernah berhaji bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersama Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman dan tidak satu pun dari mereka yang berpuasa.” Karena hal itu dapat melemahkannya tatkala wuquf dan berdoa maka meninggalkannya adalah lebih utama. Dan ada juga yang mengatakan bahwa hal itu dikarenakan mereka adalah tamu-tamu Allah dan peziarah-Nya.

Kalangan Syafi’i berkata,”Disunnahkan berbuka bagi seorang yang melakukan perjalanan (safar) dan orang yang sakit secara mutlak.” Mereka berkata,”Disunnahkan berpuasa bagi seorang yang berhaji yang tidak sampai ke Arafah kecuali malam hari dikarenakan hilangnya sebab.”

Kalangan Hanafi berpendapat dianjurkan (puasa) juga bagi seorang yang berhaji apabila hal itu tidak melemahkannya ketika wuquf di Arafah dan tidak menggangunya dalam berdoa dan jika hal itu melemahkannya maka makruh baginya berpuasa. (al Mausu’ah al Fiqhiyah)


ikadi

Ketampanan Hatinya Meluluhkan Hati Gadis Cantik

Kisah ini diambil dari rangkaian perjalanan sahabat saya yang mempunyai nama lengkap ‘Ibad Rahman’ (bukan nama sebenarnya) biasa disapa dengan Ibad, berasal dari Bekasi, Jawa Barat. Kita sama-sama menuntut ilmu di Mesir, dan tinggal di dalam satu Asrama Pelajar Azhar yang sama dekat kampus tercinta, hanya saja dia lebih dahulu daripada saya 1 tahun, saya ambil jurusan Ushuluddin, sedangkan Ibad lebih memilih syari’ah Islamiyah.

Hmm….Kalau boleh jujur, kisah sepele ini sebenarnya lebih bermakna ketimbang cerita seorang pelajar bernama azzam serta kesungguhannya dalam mencari cinta yang halal dan kebenaran yang diabadikan via novel yang sangat fenomenal di tanah air ‘’Ketika Cinta Bertasbih’’ atau cerita dari Fakhri dalam novel ‘’Ayat-Ayat Cinta’’ yang puluhan kali dicetak ulang lalu difilmkan dan ditonton oleh 3,5 juta orang serta berhasil terjual lebih dari 400.000 exp. (ceritanya pun terlalu jauh dari kenyataan di tengah sahara kehidupan).

Sederhana, mudah bergaul, cerdas, pekerja keras dengan postur tubuhnya yang tidak terlalu besar, dan pemberani, bukan juga tipe yang konfrontatif, oportunis apalagi glamour, melainkan pelajar dengan tipe realistis serta Professional yang berorientasi pada studi saja selama di Mesir, juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Teknologi Bandung, walau tidak lama, pandai dalam disiplin ilmu fisika, kimia dan sejenisnya, dialah Ibad seorang sahabat yang selalu teringat dalam benak saya sampai saat ini.

Jauh sebelum kuliah ke Mesir, sebenarnya dia ini tidak cakap berbahasa Arab bahkan tidak ada background pesantren., sebut sajalah orang awam dalam masalah agama, akan tetapi cinta dengan kebenaran, singkat cerita….tentunya kita pernah mendengar konflik yang terjadi di Ambon tahun 2000 pasca lengsernya rezim orde baru di tangan pemimpin partai berkuasa saat itu yang kendaraan politiknya semakin menggelitik dan sampai sekarang masih eksis.

Entah apa alasannya…akhirnya dia memutuskan untuk ikut berjihad ke Ambon dan meninggalkan kuliahnya di ITB, saya pun sempat terbakar semangatnya ketika menyaksikan video tentang Ambon apalagi saat itu masih mesantren, tapi sayangnya semangat ini tidak sebanding lurus dengan keimanan yang masih cinta akan dunia.

Benarlah Al Qur’an menceritakan perihal orang-orang yang beriman, yaitu Allah lah yang langsung membimbing mereka, terbingkai indah dalam surat Yunus ayat 9 juz 11 :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya [1]…………….

Bukan hanya berupa bimbingan sebagai balasan bagi orang yang beriman dan bertaqwa, tapi juga Allah lah yang senantiasa menjadi sang murabbi atau guru terbaik baginya, sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 282 juz 3 :

…………Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Lain halnya dengan orang yang kufur dan tidak percaya akan tanda-tanda kebesarannya, Allah tidak akan membimbing mereka bahkan baginya adzab yang teramat pedih sebagai balasan.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Quran), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (QS ; An Nahl ayat 104 juz 14)

Mungkin dari sinilah Allah membimbing sahabat saya untuk pergi berjihad membantu saudara seiman di tanah para syuhada Ambon sebagai awal dari datangnya hidayah kepadanya, subhanallah,…. keberaniannya membuat saya kagum sama halnya kekaguman saya kepada Rasulullah, seorang yang sederhana tapi sangat pemberani.

Anas bin Malik menuturkan, ‘’Rasulullah adalah pribadi yang paling bagus akhlaqnya paling dermawan dan paling pemberani. Suatu malam, para penduduk Madinah dikejutkan oleh datangnya suara aneh. Beberapa orang langsung menuju suara tersebut, ternyata mereka mendapati Rasulullah sudah pulang. Ternyata beliau sudah mendahului mereka menemui suara itu. Dengan masih mengendarai kudanya, beliau berkata, ‘’ mengapa kalian takut ? mengapa kalian takut ? itu hanya suara air laut. Yah, hanya suara air laut saja.’’ Beliau memang seorang kesatria pemberani. [2]

Akhirnya Ibad kembali ke Bandung setelah beberapa pekan di Ambon dengan membawa jutaan pelajaran berharga, dimana dia menyaksikan langsung kejadian demi kejadian memilukan, beberapa kerabatnya mendapatkan syahid di tanah Ambon. (Mudah-mudahan Allah menerima pahala syahid mereka…Ya Robbana)

‘’Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup [3], tetapi kamu tidak menyadarinya’’.(QS : Al Baqarah ayat 154 juz 2).

Skenario Awal Dari Sang Sutradara Kehidupan

Takdirlah yang mempertemukan mereka (Ibad dan gadis lugu) untuk pertama kali, ketika sama-sama belajar di ITB, saat itu Ibad mengikuti orientasi mahasiswa baru jenjang S1, sedangkan gadis itu pada jenjang di atasnya yaitu S2, tidak banyak cerita yang saya dapat dari kisah pertemuan mereka, karena memang frekuensi pertemuan mereka berdua pun tidaklah banyak, sempat bertemu di tempat photocopy kampus, selirik dua lirik mereka pun saling mengenal wajah tanpa banyak komunikasi alias jarang.

Sekembalinya Ibad dari Ambon seperti yang saya ceritakan pada paragraf sebelumnya, akhirnya dengan tekad bulat dia memutuskan untuk meninggalkan ITB, padahal kala itu kesempatan belajar ke Eropa pun ada dihadapannya, mengingat kecerdasan yang dimiliki dan kuatnya jaringan kampus, dia memilih untuk lebih memperdalam agama ketimbang menjadi ahli fisika dan ilmu-ilmu umum lainnya yang terlihat lebih menjanjikan di mata manusia daripada menjadi akademisi muslim yang sangat kurang diminati masyarakat sampai-sampai getarannya dirasakan juga oleh keluarga saya atau mungkin keluarga Anda.

Sebagai bukti kongkret ada sedikit cerita, awalnya keluarga tidak mendukung langkah saya pergi ke Mesir, bahkan orangtua lebih merekomendasikan saya untuk mendaftar di salah satu kampus terkenal di Sumatra Barat dan tidak perlu jauh-jauh pergi ke negeri piramida, hanya dengan sedikit kemampuan yang saya miliki untuk melobi dan rayuan khas umumnya seorang anak kepada orangtua, akhirnya saya pun bisa mendominasi jalur pikiran mereka.

Sikap dari orangtua pun bisa saya maklum karena bedanya pola pikir kami dalam menilai Islam sebuah Esensi dan faktor psikologi juga mempunyai pengaruh kuat, karena lamanya mesantren yang jauh dari rumah di Depok dan hendak kembali terpisah setelah Aliyah dengan keluarga untuk jangka waktu yang lama walau perpisahan ini hanya tuk sementara (Studi Normatif). ‘’Sambil mendoakan semoga Allah membesarkan hati mereka dan orang-orang tercinta yang saya tinggalkan selama bertahun-tahun.’’

Awal Segala Sesuatunya untuk Ibad….

Ibad pun mengikuti studi bahasa Arab di salah satu lembaga pendidikan di Bandung yaitu Ma’had Al-Imarat yang banyak di warnai pula oleh lulusan dari Timur tengah juga Lipia Jakarta. Singkat cerita…..dengan modal kecintaan pada agama, juga negaranya, serta bekal ilmu yang didapat dari Al-Imarat walau hanya beberapa bulan, Ibad memberanikan diri untuk mengikuti seleksi pelajar berbeasiswa ke Timur tengah yaitu Mesir yang difasilitasi oleh Kementerian Agama RI. Alhasil… keajaiban serta rahmat Allah pun datang padanya, dia masuk nominasi dan berhasil lulus dalam tahap penyeleksian dengan menggeser banyak saingan dari berbagai pondok modern terkenal yang berbasiskan dua bahasa asing (Inggris dan Arab).

………’’Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik’’. (QS : Al A’raaf ayat 56 juz 8)

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.. (QS : Huud ayat 115 juz 12).

………’’ Sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS : Yusuf ayat 90 juz 13).

……………….Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS : An Nahl ayat 128 juz 14).

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.(QS : Al Kahfi ayat 30 juz 15).

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS : Al ‘Ankabuut ayat 69 juz 21).

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS : Muhammad ayat7 juz 26)

Terlampau banyak ayat yang memuji orang-orang baik dalam Qur’an sebagaimana banyak juga ayat yang menyentil orang-orang yang kurang baik atau tidak baik sama sekali, paling tidak….beberapa ayat di atas bisa memberikan secuil gambaran dan menambah cakrawala baru seputar dunia Islam dan literaturnya.

Kejadian sahabat saya ini mengingatkan kita akan bukti dan janji Allah terhadap orang-orang yang tulus hatinya dalam mencintai Allah serta menjaga dan memperjuangkan agamanya dengan jiwa raga serta hartanya dengan memberinya Ilmu dan Hikmah atau menjadikannya pribadi dewasa yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, sebagaimana Allah memberikannya kepada nabi Yusuf.

Dan tatkala dia cukup dewasa [4] Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. ( QS : Yusuf ayat 22 juz 12).

Juga ada kisah yang sangat menyentuh kita perihal ketaatan dari dua nabi Allah (Ibrahim dan Ismail) sebagai balasan bagi hamba-hambanya yang berbuat baik, lengkapnya di surat Ash Shaaffaat ayat 83-111 juz 23. tuk lebih jelasnya bisa dikaji secara perlahan sambil membuka tafsiran para ulama terkemuka di rumah masing-masing.

Kesan Pertama Seorang Gadis

Waktu pun bergulir seiring dengan semangat Ibad untuk lebih memperdalam agama ke negeri kinanah, konon katanya kiblat ilmu (agama) adalah Mesir, tahun 2003 sebelum keberangkatannya, tanpa disangka-sangka setelah terakhir kali pertemuan mereka di tempat photocopy kampus dan sekian lama terpisah oleh diam, ruang, jarak, dan dinding waktu mereka dipertemukan kembali oleh Allah di bandara Soekarno-Hatta, percakapan singkat pun terjadi antara dua insan yang sama-sama sibuk dengan urusannya, ‘’ kamu mau ke mana, Tanya gadis lugu tersebut, ke Mesir jawabnya singkat’’.

Jawaban dari Ibad ternyata memberi kesan mendalam bagi sang gadis, dia membayangkan ketika mendengar kata Mesir itu ‘identik’ dengan para pelajar Islam yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran, berharap mempunyai pendamping yang bisa membimbingnya dalam masalah agama, pendek kata komunikasi pun berlanjut dengan lebih memanfaatkan kekinian, akhirnya mereka berdua pun saling bertukar alamat email.

Begitu mendalamnya kesan gadis lugu kepada Ibad, sampai-sampai dengan semangatnya gadis tersebut menjaga komunikasi via mail, sebenarnya Ibad lebih memilih fokus dalam belajar, akan tetapi hari demi hari, hingga sampailah dia pada tahun ke-2 di Mesir, gadis tersebut memintanya untuk menjadi pendamping….Wawww..benar-benar dahsyat sahabatku yang satu ini, ternyata bukan hanya Rasulullah yang di taksir berat oleh wanita kaya (Khadijah) karena ketulusan hatinya, manusia seperti kamu juga bisa (sambil menggelengkan kepala).

Ibad tidak lantas mengiyakan keinginan gadis lugu tersebut. Hanya saja mengatakan kepadanya,, ‘’ oh y….jika kamu benar-benar serius, alangkah baiknya kamu datang ke rumahku di Bekasi, kalau orang tuaku setuju…is okey. Jawab ibad, konteksnya begitu, adapun tuk redaksi aslinya bisa di kembangkan di alam pikiran para pembaca sekalian., hehe

Rupanya gadis tersebut memang naksir berat, saking beratnya, hilanglah rasa gengsi sebagai seorang perempuan yang datang ke rumah laki-laki untuk sekedar meminta restu orangtua si laki-laki, padahal kalau kita perhatikan di zaman sekarang, jika ada lelaki yang berkata seperti Ibad, jawaban dari para gadis, ‘’emangnya cowo cuma kamu aja, yeehhhhhh’’ hehe….

Begitu kaget keluarganya di Bekasi ketika kedatangan tamu seorang gadis berparas cantik,, tampak dari wajahnya ketulusan dan kebaikan, bermaksud untuk melamar anaknya yang sedang menuntut ilmu di Mesir. Tahukah Anda …… apa yang di katakan orangtua Ibad kepadanya ketika ada seorang wanita datang tuk melamar, kurang lebih begini,’’ kamu ini gimana seh…ada wanita cantik begini ko tidak di iyakan. Begitulah kurang lebih, hehe

Indah Pada Waktunya…

Akhirnya di tahun 2005 pulanglah sosok yang di idamkan oleh sang gadis ke tanah air dan menikahlah dua insan yang sebenarnya sama-sama jatuh cinta, hanya saja kecintaan Ibad kepadanya sedikit tergeser dan tersembunyikan dengan semangatnya dalam mencari ilmu, untung saja gadis tersebut cerdas dan pandai membaca keadaan.

Gadis tersebut ialah lulusan ITB yang saat ini menjadi seorang dosen di salah satu kampus ternama di Jakarta yaitu Universitas Trisakti, Anda bisa bayangkan berapa nominal materi yang di dapat jika Anda bekerja di sana, belum lagi dia aktif dalam mengisi seminar nasional dan internasional, 7 juta pun itu adalah nominal terendah, bahkan bisa belasan juta atau lebih, ditambah lagi dia berasal dari keluarga yang mampu dan tinggal di bilangan kawasan elit Jakarta, berbeda dengan Ibad yang hanya berasal dari keluarga sederhana di Bekasi.

Sebelumnya gadis yang usianya di atas kepala 3 disaat menikahi Ibad yang baru berumur sekitar 25 tahun, terpaut perbedaan antara keduanya lumayan jauh sekitar 10 tahun, beberapa kali menolak lamaran dari lelaki mapan lagi gagah, padahal kalau mau dibandingkan dengan Ibad, tentunya masih jauh, dia masih pelajar, masa depannya pun belum jelas, hanya bermodalkan ilmu agama dan kecintaan yang tulus kepada Tuhannya.

Kembali lah Ibad ke Mesir untuk menyelesaikan study karena masih ada 4 semester untuk mendapatkan gelar Lc, tapi Ibad tidak merasa sedih berlebih apalagi khawatir, karena sisa 2 tahun di Mesir ternyata di jamin oleh pihak istri, jadinya setiap semester Ibad pulang ke tanah air untuk berbulan madu, Anda tahu….hanya orang-orang elit serta para diplomatlah yang bisa pulang pergi ke tanah air, dan yang ketiga adalah Ibad, hehe…

Dari cerita unik sampai yang mengharukan pun kami dapat dari Ibad, bercengkerama santai menjadi topik pembicaraan di asrama bersama teman-teman seperjuangan, mulai dari Ibad yang menjadi seperti direktur, karena ke mana-mana selalu istrinya yang menyetir mobil, termasuk berbulan madu ke puncak, maklum.., karena Ibad tidak bisa menyetir mobil ketika itu, sedangkan mobil bagi istrinya adalah kendaraan pribadi yang senantiasa menghiasi hari-harinya di kampus.

Di mata kami Ibad adalah sosok lelaki yang penuh dengan tanggung jawab, perbedaan kondisi sosial antar dia dan istrinya menjadi bahan pertimbangan yang cukup berarti, bagaimanapun dia adalah kepala rumah tangga yang wajib menafkahi istrinya, walau kala itu dia belum berpenghasilan tetap dengan gaji yang tidak sebanding dengan istrinya, dia pun tinggal sementara di rumah yang menurutnya terlalu mewah bersama keluarga istrinya sambil membimbing masalah agama dan mengkaji Islam secara utuh bersama keluarga barunya.

Pernah suatu ketika Ibad pun pergi berjualan perangkat kebutuhan ibadah di sekitar masjid tidak jauh dari rumah barunya di PMI (Pondok Mertua Indah), sampai akhirnya terlihat oleh istrinya, dibawanya dia masuk ke dalam mobil bermaksud mengajaknya segera pulang dengan linangan air mata dari seorang istri yang begitu menyayanginya, tak habis pikir melihat suami berjualan seperti itu.

Entah kenapa menangis, Ibad pun sedikit heran dan berusaha menjelaskan bahwasanya dia ingin mencari pekerjaan yang halal walau hanya sebatas jualan kecek-kecek. Subhanallah…..

Lama sudah saya dan Ibad tidak saling menyapa, lebih dari 4 tahun, pertemuan terakhir kami di tahun 2007 sebelum dia pulang ke tanah air dengan membawa ilmu dan ijazah Azhar tentunya.

Wahai Ibad Rahman Sahabatku…..

Walaupun ruang, jarak, waktu menjadi dinding pemisah di antara kita, segumpal darah bernama hati dengan izin Allah takkan pernah menjadi penghalang untuk kita tetap dalam Ukhuwah Islamiyah. Semoga kenangan manis kan terukir nantinya.

Kebenaran Janji Allah

Kisah Ibad di atas sebenarnya sebuah Studi Normatif abad modern, karena Allah sendirilah yang menjamin orang-orang baik lagi beriman dengan kehidupan yang layak di dunia dan akhirat.

I. An Nahl ayat 97 juz 14 :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.’’

Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki atau perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Paling tidak ada dua point penting yang bisa kita ambil dalam ayat di atas, di antaranya :

1. Ganjaran di dunia : Berupa kehidupan yang layak
2. Ganjaran di akhirat : Kompensasi dari Allah berupa pahala berlipat

II. An Nuur ayat 55 juz 18 :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Beberapa janji Allah sangat jelas, di antaranya :

1. Menjadi Pemegang kepentingan. (Stakeholders)
2. Dikuatkan agamanya (Strong in faith)
3. Kenyamanan hidup (Comfortable in life)

Untuk mendapatkan tiga point di atas ternyata tidak terlalu sulit, hanya butuh usaha lebih, Bahkan Allah ta’ala hanya memberikan satu syarat saja setelah iman dan amal soleh yaitu.: Menyembah Allah ta’ala tanpa menyekutukannya dengan hal apapun.

Catatan tambahan sebagai penutup

Menuju kebahagiaan tentunya membutuhkan proses, apalagi dalam membina rumah tangga ideal atau yang biasa disebut keluarga SAMA RATA (Sakinah, Mawaddah, Penuh Rahmat dan tentunya takut sama Allah)

Pastikan kalau keduanya harus saling mencintai karena Allah sebagaimana cintanya Rasulullah dan Khadijah, Ali dan Fatimah, juga ada contoh terkini Ibad dan Istrinya, Bj. Habibie dan Hasri Ainun Besari, juga orang tua kita pun bisa sebagai contoh nyata (Insya Allah). Menikah bukanlah atas dasar paksaan, dipaksa, atau karena ‘iba’ terhadap salah satu pihak, karena yang demikian tentunya bisa berujung pada penyesalan kelak.

Bagaimanapun para lelaki berhak untuk memilih belahan jiwanya sebagaimana para wanita juga berhak untuk menolak lamaran para lelaki yang dirasa kurang ‘’klik’’ dengannya, jika pun ingin menolak tolaklah dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati, biarkanlah hati nurani dan akal sehat kita yang memilih dan jika pun menerima jangan lupa bersyukur sambil mengucap “Alhamdulillah yach’’ s.e.s.u.a.t.u ….hehe

Kalau sudah tercipta keluarga SAMA RATA, maka dengan mudah kita bisa berjalan di atas garis pasir pantai yang sama demi menuju negeri impian idaman setiap insan yaitu Surga ‘Adn, bersama keluarga besar kita. Ya Robbana…..

(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; [23] (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum” [5]. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.[24]. QS : Ar Ra’d ayat 23-24 juz 13.

Catatan ringan di atas memberikan setitik wacana kepada kita untuk memetik sebuah analisa menarik bahwa’’ Tiada yang membuat wanita solehah meneteskan air mata bahagia melainkan melihat pujaan hatinya (suami) takut kepada Allah’’. Wallahu a’lam….

Saya cukupkan cerita singkat ini dengan sama-sama bermunajat “Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi pribadi yang tidak hanya soleh/solehah saja yang bersifat personal tapi juga menjadi pribadi muslih / muslihah yang kolektif. Ya Robbana…..”

Sekarang… pertanyaan dari saya adalah:

1. Tahukah Anda siapa Ibad Rahman?
2. Lalu seperti apa kepribadian detailnya?
3. Apa kelebihannya dibanding hamba Allah yang lain?
4. dan bisakah kita menjadi sosok seperti yang saya tanyakan?

‘’Jawabannya ada di Surat Al Furqaan ayat 61-77 juz 19’’ (jangan lupa yah… baca teks Arabnya juga, selamat mengkaji, insya Allah khair).



Catatan Kaki:

[1]. Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.

[2]. Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih-nya IV : 1802.

[3]. Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.

[4]. Nabi Yusuf mencapai umur antara 30 – 40 tahun.

[5]. Artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15607/ketampanan-hatinya-meluluhkan-hati-gadis-cantik-nan-kaya-raya/#ixzz1c8GTmrq2


anak unmul

Pengertian Jahiliyah

Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah s.a.w lahir, namun bila kita melihat pengertian jahiliyyah secara definitif, maka terdapat banyaklah unsur-unsurnya yang sama dalam Zaman Sains ini. Kita mendapati manusia hidup dengan berbagai macam bentuk Jahiliyyah yang berkembang sesuai dengan progressivitas (kemajuan) zaman.

Sesungguhnya kata “Jahiliyyah” sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna’ Khalil al-Qaththan ada 3 makna, yaitu :
1. Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal.
2. Meyakini sesuatu secara salah.
3. Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.

Orang yang tidak memahami ungkapan prosa atau bait sya’ir atau teori matematis atau masalah Fiqh adalah orang yang bodoh dengan makna pertama, karena ia tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, dan orang semacam ini bila disandarkan kepadanya sifat bodoh, maka jadilah ia jahiliyyah.

Orang yang meyakini bahwa mengambil sepotong emas itu tidak mengapa atau melaksanakan sesuatu yang tidak di-syari’atkan atau menganggap bahwa Nabi tidak punya andil sedikitpun dalam kehidupan manusia adalah orang bodoh dengan makna yang kedua, karena ia yakin tapi salah. Dan bila disandarkan sifat bodoh kepadanya maka jadilah ia Jahiliyyah.

Dan orang yang meninggalkan shalat padahal ia tahu bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam atau orang yang mengerjakan kema’siatan atau orang yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah orang bodoh dengan makna ketiga, karena ia mengerjakan sesuatu dengan menyalahi ketentuan yang seharusnya ia laksa-nakan. Ia disebut juga Jahiliyyah bila disandarkan kepadanya sifat bodoh.

Pada umumnya pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya.
Namun “Jahiliyyah” tidak hanya khusus pada sa’at itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum tertentu. Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman sains.

Dalam perspektif (pandangan) al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap atau keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka itu bergelar Doktor ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka mereka diberi stempel “Jahiliyyah”.

Al-Qur`an telah menerangkan tentang sikap Jahiliyyah ini, diantaranya yaitu; ketika Musa a.s menyuruh kaumnya untuk menta’ati perintah Allah agar mereka menyembelih kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya terhadap Musa, “mereka berkata, apakah engkau mengejek kami hai Musa. Musa menjawab, aku berlindung dari orang-orang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)
Ketidaktahuan dan memandang remeh terhadap perintah Allah adalah salah satu sikap Jahiliyyah.

Dan ketika Allah menerangkan hikayat Yusuf a.s dalam surat Yusuf, ayat 33 :
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ (يوسف: 33)
Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.
Dalam ayat ini, condong kepada ke-burukan adalah juga sikap Jahiliyyah.

Prasangka buruk juga termasuk keJahiliyyahan, sebagaimana firman Allah ketika kaum Musyrikien menang pada Perang Uhud. Sebagian kaum Muslimien menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimien dari kaum Kuffar.
وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ . . .
“...sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?…. (Ali ‘Imran:154)

Term (istilah) Jahiliyyah juga di-tujukan bagi mereka yang menolak hukum Allah s.w.t.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (المائدة :50)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maidah: 50)

Allah melarang istri-istri Nabi s.a.w melakukan Tabarruj (berhias berlebih-lebihan) karena hal itu termasuk per-buatan Jahiliyyah,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”. (al-Ahzab:33)

Pada sa’at perjanjian Hudaibiyah, kaum Musyrikien tidak mau menerima tulisan Bismillah dan Muhammad Rasulullah dalam teks perjanjian itu. Mereka bersikeras bahwa bila mereka menerima tulisan itu tentu saja mereka tidak akan memerangi Rasul dan pengikutnya sebab tulisan tersebut merupa-kan pengakuan risalah Muhammad. Mereka angkuh dan angkuh adalah perbuatan Jahiliyyah. Allah menegaskannya dalam surat al-Fath, ayat 26;
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesom-bongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dalam hadits-hadits Rasul juga banyak diterangkan bagaimana sikap Jahiliyyah itu. Imam Bukhari dalam Kitab Iman dengan judul Bab “Kema’siatan merupakan perkara Jahiliyyah”, meriwayatkan Hadits; “ketika itu seorang laki-laki dari kalangan Muhajirien mendorong seorang laki-laki dari kaum Anshar, orang Anshar tersebut memanggil golongannya; Hai orang-orang Anshar dan begitu pula orang Muhajirien tadi, ia juga memanggil kawannya yang Muhajirien; Hai orang-orang Muhajirien, kemudian bersabda-lah Rasul :
مَابَالُ دَعْوَى الجاهِـلِيّةِ ؟ دَعُوْهَا فَإنـّهَا مُنْـتِنَةٌ
Apakah engkau memperhatikan panggilan jahiliyyah itu? Tinggalkanlah olehmu karena itu perbuatan busuk (HR. Ahmad & Baihaqie)

Ketika seseorang mempersiapkan golongannya atas golongan lain, dengan memanggil-manggil golongannya, maka itulah Fanatisme golongan dan hal itu termasuk perbuatan Jahiliyyah.
Dan hadits dari Abu Dzar, ia berkata: “sesungguhnya saya mengejek seseorang dengan menghina ibunya, maka Rasulullah berkata padaku, “Hai Abu Dzar, apakah engkau menghina ibunya? Sesungguhnya engkau adalah orang yang mempunyai sifat Jahiliyyah” (HR.Bukharie-Muslim)
Suka menghina dan mengejek orang adalah salah satu sifat dari sifat-sifat jahiliyyah.

Setelah datangnya Islam maka seluruh perkara Jahiliyyah dihapuskan dari Jazirah Arab. Rasulullah s.a.w berkhutbah pada hari Fathul-Makkah, “Wahai manusia sesungguh-nya Allah telah menghapus kesombongan Jahiliyyah dan kebanggaannya terhadap Nenek Moyang …” (HR. Ahmad & Abu Daud)
Dan ketika Rasulullah berkhutbah pada haji wada’, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya segala sesuatu dari perkara-perkara Jahiliyyah telah saya musnahkan”.

Dari nash-nash al-Qur`an dan Sunnah jelaslah bahwa setiap penyimpangan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, baik itu menyangkut Aqidah, ibadah, prilaku, maupun amal adalah perbuatan Jahiliyyah.


Translated from al-Hadits wa ats-Tsaqafah al-Islamiyah, Manna' Khalil al-Qaththan, al-Jahiliyyah al-Haditsah.

[Kontributor : Fakhrurazi,Perpustakaan-islam